Patahan Mematikan Palung Banda dan Tembok Yerikho


Patahan terbesar di dunia ada di laut Banda, Maluku. Kedalaman 7,2 kilometer, luas 60.000 kilometer persegi. Beagitulah yang saya ketahui lewat acara On The Spot. Saya merasa takut. Sangat takut. Tapi ditengah ketakutan itu, Tuhan mengingatkan saya tentang tembok Yerikho. Saya tidak tau apa hubungan tembok Yerikho dengan patahan ini. Tetapi karena Tuhan mengingatkan saya, maka saya merasa memiliki tanggungjawab untuk sampaikan kepada saudara-saudara saya di Maluku.

Ilustrasi: jw.org
Kita samua tau bahwa tembok Yerikho adalah salah satu tembok paling tebal yang pernah ada. tidak ada hitungan matematika yang pasti tetapi dalam kitab Yosua 2:15 tertulis bahwa rumah perempuan sundal yang bernama Rahab, terletak ditembok itu. Jadi bisa dibayangkan betapa tebalnya tembok itu sehingga ada rumah yang bisa dibangun atas tembok itu.

Lalu apa perintah Tuhan supaya bangsa Israel bisa menembus tembok itu? Bukan menggunakan alat canggih, bukan dengan kapak, bukan dengan tenaga. Tetapi Tuhan punya perintahkan mereka:

“Kelilingi kota itu selama tujuh hari. Satu hari satu kali selama enam hari, tujuh orang imam harus membawa tujuh sangkakala, tanduk domba di depan tabut. Hari ketujuh kelilingi tujuh kali sambil tiup sangkakala dan bersorak (Yosua 6:3-5)”.

Masuk akal? Menurut saya tidak. Tetapi itulah Tuhan. Dia memiliki cara yang tidak sama dengan cara manusia. Lalu saya bertanya dalam hati, apa sebenarnya yang membuat tembok itu runtuh? Getaran dari sangkakala, derap kaki ribuan orang, nyanyian dan sorak-sorai? Secara ilmu fisika tidak mungkin juga. Dan saya hanya menemukan satu jawaban yaitu, “Ketaatan”. Selama tujuh hari bangsa Israel ikuti semua petunjuk dari Tuhan tanpa melanggar satu pun dan Tuhan membuat bangsa Israel menang lewat cara yang tidak terpikirkan.

Gambar: indocropcircles.com
Kalau Israel punya satu Yosua, Maluku punya ratusan Pendeta. Kalau Israel punya tujuh sangkakala, Maluku punya ratusan terompet. Kalo Israel punya pahlawan gagah perkasa, di Maluku ada kita samua, anak-anak Tuhan. Yang membedakan kita dengan orang Israel adalah kita tidak memiliki Tabut Oerjanjian. Tapi kita punya ikatan perjanjian dengan Tuhan ketika Maluku dipilih Tuhan menjadi Kota Sulung Injil. Kita tidak memiliki Tabut Perjanjian tapi kita memiliki Api Injil. Maka sebenarnya kita punya samua hal yang diperlukan untuk menyembuhkan Maluku. Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki ketaatan?

Tujuh hari beribadah non-stop, menyediakan waktu lebih banyak dengan Tuhan. Itulah yang bangsa Israel lakukan. Saya tidak mengatakan bahwa harus ibadah dan tidak boleh kerja. Tetapi jika ulang tahun Kota Ambon ada begitu banyak rangkaian acara yang bisa kita lakukan selama berhari-hari, segala jenis lomba dan di sela-sela kesibukan kita bisa sempatkan diri untuk terlibat. Kanapa Maluku tidak bisa melakukan hal yang sama untuk Tuhan?

Kalau tembok Yerikho bisa runtuh maka patahan dengan kedalaman 7,2 kilometer dan luas 60.000 kilometer pun bisa tatutup. Kalau dengan cara itu Yerikho bisa diruntuhkan, maka dengan cara yang sama Maluku bisa diselamatkan.

Penulis: Alan Siahaya
Editor: Ambon Story

Belum ada Komentar untuk "Patahan Mematikan Palung Banda dan Tembok Yerikho"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel